Pandainya ia tersenyum
tapi kau tak tau berjuta debu perihkan mata
Pandainya ia tertawa
Tapi kau tak tau sering kali ia jatuh, berdarah sampai bernanah
Pandainya ia, sungguh pandainya ia hingga kau!.. kau!.. kau! .. kau! .. dan kau! tak tau sukmanya tersayat .. tersayat dan tersayat hingga ia sendiri ingin berteriak menyerah
Namun karena ia sekeras baja maka ia cuma tersenyum dan tertawa
Karena selama ini ia hanya bergantung pada satu harapan yang slalu ia panjatkan setiap detik . setiap menit agar ia bisa lewati semua hingga senyum dan tawa itu benar-benar tulus terpatri di wajahnya ..
No comments:
Post a Comment