Sunday 20 February 2011

Impian

Ingin menapak kaki di ujung dunia

tak lupa ku bawa serta jutaan kunang-kunang tuk terangi hutan itu

dan pabila terlewati .. semoga jalan ini tak curangi kulagi ..

Dengar !!!

dengar hai kau di sana!!!!!
kealpaan tuk melupa tak bisa terelak
pa’ bila sedih bertamu ia bawa serta kental, lekat, pekatnya rindu
kaburkan tegar yang memang masih rentang

dengar kau disana!!!!!
keterpurukan kali ini karena rapuhku akan cinta
hingga tak sisakan asa tuk ku genggam buat perjalanan nanti malam
dan……
disini kuhanya bergantung pada apa yang disebut DOA

Kangen .. !!!

Tercabik langit biru ketika semburat mentari tak lagi seramah dulu
mencari bayang pelangi di antara warna
pun ketika hati memaksa .. kepudaran semakin memudar

sungguh bila samudra membelah ..
kan tersisa segumpal rasa disana dan menempel bagai lintah di atas kulit bidadari

walau asin nya laut menerpa .. sedetikpun perih takkan lukai mata
ia kan terus di sana menunggu renta selami diri ....

SedihKah?..

lihatlah

sukmaku mengkerut

sembilu tak jua pergi

Ku ingin ia hilang bersama mega biru

agar hembusan angin senja terasa sejukkan hati



coba dengar

isakku melambung ke udara

mentahkan rembulan yang nyaris melingkar sempurna



jangan tanya mengapa

karena jawaban tlah mengambang jauh entah kemana

mungkin ia terlalu risih

sebab sedih menggantung manja di setiap baitnya

JONI dan ALO

Mega menjelantah ketika mereka melekat seperti lumut di dinding
dua jagoan menapak kakinya di hamparan hidup berlari sambil bergandengan tangan

manusia dengan sepiring nasi tanpa ayam
tertawa karena kebodohan
menangis karna kegilaan

kepercayaan di gengaman bawa itu diruang diam
tak ada yg bisa mencuilnya karena taring srigala tertancap di sana (qqqqq)

kini mereka telah merekah
bawa benih dalam buaian
mungkin kan menjadi seperti JONI dan ALO ..

Tegar_02

Diatas dermaga kuberdiri tantang mentari walau beratus lintah lekati kulitku kuat-kuat

Ku tetap gagah berdiri tak peduli kilaunya menari-nari goresi ini hati

Dan aku akan tetap berdiri walau gelombang aurora terkam aku



Ya..... aku akan selalu berdiri tegar sampai bumi berteriak MENYERAH !!!!!

Sampai semesta membiru

Dan

Sampai sang waktu mengasin di udara ..

BT .. Kesel

ihhh

kesabaran matahari malah membakar amarahku

pijarnya hanguskan akar-akar ilalang

ihhh

sudah kuberi kedipku kau malah buang muka

sudah kuberi senyumku dia malah berlalu

ihh

yang satu sekeras baja

yang satu bisu, buta, tuli

Ih .. ih .. ih

Jika Tau

Ku buka lembaran ini hanya untuk mencari lintasan meteor tadi malam

Ku kira ia tlah tinggalkan jejaknya untukku bawa sebagai teman dalam pertempuran hari ini

namun kudapati dalam kotak suratku hanya senyum mengejek sang hampa

acchhh ... jika tau ulurku tak kau hirau, lebih baik kulempar saja ia ke sepasukan hiu

dan jika tau sapaku tak hiasi gendangmu lebih baik ku jadikan ia umpan bagi sang cobra
Creative Commons License
My Anthology by Stevy Towoliu is licensed under a Creative Commons Attribution-No Derivative Works 3.0 Unported License.
Based on a work at stevyanthology.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://stevyanthology.blogspot.com/.